Republik Galau

Terdengar sangat abege sekali judul postingan saya ini, tapi itulah cerminan yang tengah terjadi di republik  tercinta ini. Bagaimana tidak, coba tilik berita-berita terbaru yang mondar-mandir di televisi. Apa berita mereka? Ya apalagi kalau bukan korupsi, skandal suap, manipulasi data, bohong-berbohong, dan teman-temannya. Indonesia ini sedang dilanda dilema dan kegalauan mendalam menurut saya. Bayangkan saja, KKN terjadi secara jamaah baik ditingkat pusat maupun daerah. Mau jadi apa bangsa ini kedepannya. Pantas saja kalau saya katakan bahwa republik ini sudah serupa halnya dengan para remaja ababil (baca: abege labil) yang sebentar-sebentar galau lalu dijadikan status di jejaring sosial mereka. Hanya saja yang dialami para remaja dan koruptor yang menjadikan republik ini galau berbeda. Kalau para remaja ababil biasanya itu bermasalah dengan yang namanya cinta, nah kalau para koruptor itu bermasalah dengan kejujuran tapi persamaannya adalah mereka sama-sama suka memasang status galau dijejaring sosial jika sudah menghadapi masalah mereka masing-masing.

Sejumlah kasus KKN yang belakangan ini marak terjadi merupakan bukti betapa besarnya rasa galau yang dialami bangsa ini. Sebut saja kasus Skandal Wisma Atlet yang terkuak saat Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin mulai 'bernyanyi'. 'Nyanyiannya' tentu saja bikin geger seantero Indonesia dan juga Demokrat sendiri. Malahan karena 'nyanyiannya' yang sumbang menjadikan Nazaruddin sebagai buronan yang paling dicari waktu itu. Sampai-sampai Nazar dirayu buat pulang ke Indonesia sama dedengkotnya Demokrat.. Ya siapa lagi kalau bukan Bapak Presiden kita tercinta Bapak SBY. Malah mau dijemput segala pake pesawat charteran yang bisa dibilang mewah. Begini ini gambaran pesawat mewah itu...

sumber : www.sejarah.kompasiana.com/2011/08/13
Nah, pada akhirnya Nazaruddin pun tertangkap di Kolumbia oleh pihak Interpol dan membuat lega masyarakat tapi  membuat was-was sejumlah pihak. Pasalnya, setelah penangkapan Nazaruddin sejumlah nama ikut terseret dalam kasus Wisma Atlet ini. Bahkan dikatakan bahwa Ketua Demokrat Anas Urbaningrum ikut andil dalam kasus ini, juga seorang Angelina Sondakh ikut menjadi bagian dari kasus ini walaupun statusnya hanya sebagai saksi untuk sementara ini. Kasus ini tentu saja mencoreng nama baik Demokrat dong dan membuat dedengkot Demokrat kesal. Gonjang ganjing ini membuat Demokrat tak keruan. Mereka kalang kabut membenahi imej Demokrat karena pemberitaan yang beredar memang merugikan mereka. Imej bahwa partai mereka gudang koruptor semakin menjadi ketika pada sidang pertama kasus ini tanggal 15 Februari 2012 menghadirkan Angelina Sondakh sebagai saksi. Lihat saja gimana Mbak Angie (sapaan akrabnya...padahal saya aja ga kenal dia... apalagi akrab..) dengan ketenangan luar biasa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari hakim dan jaksa penuntut hukum. Padahal menurut saya pertanyaan-pertanyaan tersebut amat memojokkan dan membuat gugup. Juga ketika pengacara terdakwa Nazaruddin menunjukkan bukti perihal kepemilikan 'bebe' yang sepanjang persidangan disangkal oleh mbak Angie. Wow... Luar biasa, sungguh spektakuler....! Ketenagangan yang diperlihatkan Angie malah mengundang beberapa spekulasi, dan sebagian besar spekulasi mengatakan bahwa Angie tidak berkata jujur atau menutupi sesuatu. Mungkin menutupi rasa malu kalau-kalau aibnya ketahuan. Mungkin juga mbak Angie lagi menutupi rasa galaunya..

Benar deh, masyarakat di republik ini dibuat jadi bingung, kesal, dan galau. Apakah memang penyakit galau ini lagi mewabah dikalangan para koruptor ya? Sampai-sampai mereka kesulitan banget untuk memaparkan kebenaran. Ataukah para penegak hukumlah yang galau karena harus memilah-milah siapa yang harus diselamatkan? Sekali lagi masyarakat menuntut pemerintah terutama para penegak hukum agar lebih tegas dalam menyelesaikan kasus korupsi besar yang hanya heboh diawal tapi kemudian surut tanpa ada kejelasan ataupun penyelesaian. Skandal Century misalnya (nah lhoo...pusingkan....), kasus skandal besar ini sudah dua tahun lebih tidak ada publikasi lagi tentang kelanjutannya. Masyarakat dibuat gusar; apakah skandal ini akan selesai, ditunda, ditinjau kembali, atau bahkan malah ditiadakan. Tidak ada lagi kejelasan tentang perjalanan skalndal ini, tidak ada lagi publikasi gila-gilaan seperti ketika pertama kali skandal ini terungkap. Seperti itukah naturalnya kinerja para penegak hukum di negara yang konon katanya negara hukum? Haa... sayang sekali itu cuma katanya.  Mereka bekerja jika diminta, dan berhenti begitu saja jika sudah tidak ada sorotan kamera dan media. kinerja yang macam inilah yang bikin masyarakat jadi suka pasang status galau di jejaring sosialnya. Hahahaha... Hmm, saya yakin pasti masyarakat sangat kecewa dengan prestasi para penegak hukum dinegeri ini yang cenderung tidak pernah bagus. Butuh waktu berapa lama lagi untuk membuat kinerja para penegak hukum menjadi luar biasa dan spektakuler. Andai saja para penegak hukum ini lebih tegas dan juga didukung oleh UU yang memuaskan, maka minimalisai koruptor dinegara ini pasti terwujud. Para koruptor harus dihukum seberat-beratnya agar rasa takut timbul dihati bangsa ini sehingga tidak ada lagi yang berani melakukan korupsi. Jangan menunggu rakyat yang turun tangan sendiri menyelesaikan ketidakadilan ketika ada koruptor yang merugikan nusa dan bangsa hanya dihukum ringan (misalnya, korupsi miliaran rupiah tapi kok hanya dihukum 5 tahun penjara). Kalau hal macam ini terus-terusan terjadi maka jangan heran lagi jika besok-besok akan lebih banyak lagi Dedi Sugarda-Dedi Sugarda lain yang dengan gampangnya membacok pelaku koruptor diruang sidang lantaran dendamdan kecewa atas ketidakadilan yang terjadi.
si idealis antikoruptor, Dedi Sugarda (sumber: google)

koruptor yang dibacok, Jaksa Sistoyo (sumber: google)


Tidak hanya masyarakat tapi saya juga merasa geram dengan ironi-ironi yang sudah banyak terjadi di ranah hukum bangsa ini. Masa bisa-bisanya itu pembacokan terjadi diruang sidang yang notabene pasti full dengan aparat keamanan. Lalu apa saja yang dilakukan oleh para aparat keamanan diruang sidang itu sampai bisa kecolongan gini? Lagi sibuk update status fesbuk dan twitter? Atau lagi sibuk 'bebeman'? Entahlah, saya tidak ada disana masalahnya jadi tidak tahu betul apa yang sedang mereka kerjakan. Andai saja keadilan selalu menang dan aparat keamanan melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, saya yakin peristiwa pembacokan diruang sidang sperti ini tidak akan terjadi. Tapi itu kan hanya beranda-andai saja. Syukur-syukur bisa terwujud. Saya tidak akan lagi berandai-andai jika hal itu adalah hal yang berlebihan. Namun untung saja beranda-andai itu adalah hal yang gratis, kalau tidak saya pasti sudah bangkrut karena terlalu banyak berandai-andai untuk republik galau ini. Stop Republik Galau! Hahahahahaha....

Komentar

  1. kadang kegalauan bisa membuat kita lebih peka thd lingkungan..bs membuat kita jd subjek utuh karena kita yang berhak menilai..

    and finally, jadilah tulisan inii..

    hehe..keep writing buuu... :))

    BalasHapus
  2. pokoknya kalo ada yg ga enak ditulisan inii,, bilang yaa..
    ternyata nulis thu lumayan mnyita waktuu..
    harus carii sumber sumber dulu, riset juga walopun kecil kecilan..
    jadi kudu rajin membaca...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer